Membuat Kompos Takakura


Halo!

Ceritanya udah dari lama banget pengen coba bikin kompos sendiri. Kenapa? Ada beberapa alasan sih.

Pertama aku lagi hobi menanam, tapi nggak punya banyak tanah untuk dipake, dan harga tanah itu lumayan mahal (harga tanah per meter persegi di sini berapa?) hahaha. Jadi daripada beli mending bikin sendiri kan. Lebih hemat jatohnya.

Kedua, nah ini mungkin alasan yang bisa dibilang bagus ya haha (ya alasan berhemat mungkin bagi sebagian orang nggak bagus gitu). Alasannya yaitu mau mengurangi sampah dapur di tong sampah yang berakhir ke tempat pembuangan akhir. Iya, mengurangi. Kalo bisa semua dipakai sih nggak masalah. Tapi aku kekurangan tempat sih buat komposternya. Dibandingkan dengan jumlah sampah dapur yang keluar tiap harinya di rumah, soalnya aku masak tiap hari (kecuali 1 hari aku ambil jadwal libur, biasanya sih Minggu).

Di luar mengurangi sampah dapur, kita jadi bisa memanfaatkan sampah dapur ini jadi hal yang berguna kan. Buat kompos. Buat taneman. Tanemannya buat dikonsumsi. Sisa yang nggak dimakan (misal batang-batang keras, kulit, dll) di jadiin kompos lagi. Dan seterusnya menjadi lingkaran yang sehat. Iya nggak, sih?

Mungkin banyak orang berpikir, "lah apa bedanya dibuang ke tempat sampah, terus ke TPA, nanti kan terurai dengan sendirinya juga dan masuk ke tanah toh?". Hmm.. dulu juga aku sempat punya pertanyaan seperti itu sih. Terus aku googling dan ternyata.. tidak seperti yang aku bayangkan.

Tau nggak? Ternyata sampah makanan yang ada di TPA itu terurai dengan tidak baik. Kenapa? Karena di TPA, sampah pada numpuk satu sama lainnya, terus kurang oksigen (banget). Proses pengomposan yang baik itu butuh oksigen. Istilahnya, lingkungan kompos yang dibuat sendiri itu aerob, sedangkan di TPA itu anaerob (waduh jadi ngomongin biologi ini jadinya). Nah lingkungan di TPA ini malah membuat sampah makanan mengeluarkan gas metan yang sangat banyak. Kelebihan gas metan ini nggak baik buat lingkungan. Karena gas ini bakal ke atmosfir, lalu bisa menimbulkan efek rumah kaca yang tidak natural, yang berefek ke pemanasan global. Serem kan.. Oh ya, aku ngomongin tentang "kelebihan" ya. Iya karena gas metan secara alami pasti ada, cuma kalau kelebihan ya dampaknya nggak baik. Sesuatu yang berlebihan biasanya selalu tidak baik.

Tunggu-tunggu.. bukannya pemerintah sekarang udah bisa merubah gas metan jadi bahan bakar? Hmm.. pernah sih baca berita kayak gitu. Berita bagus sebenernya. Tapi.. ada tapinya nih. Tapi kalau jumlah gas metan yang terproduksi jauh melebihi jumlah gas metan yang dibuat jadi bahan bakar, ya sama aja.. Ujung-ujungnya kelebihan gas metan ini ke atmosfir juga. Lah salahnya di mana? Salahnya di sampah yang kebanyakan itu. Kamu percaya pemerintah udah bisa me-manage semua sampah di TPA? Aku sih enggak, at least dengan kondisi jaman sekarang. Ya kalau udah ke-manage, nggak mungkin sampah di TPA numpuk dan terus numpuk dong. Lah terus salahin pemerintah? Engga dong. Ya salah kita semua sebagai manusia yang udah numpukin sampah terus di bumi ini.

*Btw banyak sumber yang aku baca (mungkin bukan riset ilmiahnya sih tapi). Cuma yang paling ngerangkum dan mudah dipahami mungkin di halaman website RRS*

Makanya aku mau coba belajar kompos sendiri. Ini percobaan pertama, masih belajar. Berkontribusi walaupun sedikit itu berarti, walaupun tidak cukup. Setidaknya dimulai dulu.

Googling dan Youtubing gimana caranya bikin komposter sederhana, nemu kompos takakura ini. Yang paling menarik buatku itu tutorialnya TIS. Silahkan coba ditonton sendiri.

Cuma karena aku emang agak malas ya. Jadi nggak sama persis ngikutin itu. Dari beberapa sumber dan logika, aku coba bikin yang lebih simple, tapi memang kayaknya hasil jadi komposnya nggak secepat yang dibuat TIS ya. Kayaknya, soalnya ini belom jadi kompos yang siap pakai.

Proses percobaan pertamaku gini.

Pertama ngomongin dasarnya dulu untuk kompos. Yang aku tau, kompos itu butuh:
- sampah kering
- sampah basah
- kelembaban (dari air kalau kering)
- udara

Ngomongin sampahnya. Paling basic sih gini:

Sampah basah:
- semua sampah dapur termasuk kulit telur juga.

Sampah kering:
- daun/tanaman yang udah kering.
- tanah/kompos/media tanam lainnya.
- kertas
- kardus
- tisu

Kalau nggak mau ngundang hewan pengerat atau kucing iseng jangan taro sampah ini di komposter:
- ikan
- daging apapun (ayam, sapi, dll)
- susu
- telur (kecuali kulitnya)
- dan bahan dairy lainnya.

Itu ikan dan daging kenapa bisa dibuang coba? Tapi ya kalau emang ada, kasih aja kucing liar ntar jg dimakan (atau malah tikus yang makan mungkin wkwk). Tapi jangan taro di komposter kalo nggak mau diaduk-aduk sama binatang tersebut.

Sebenernya kamu bisa taro apa aja di komposter asal emang bahan yang terbuat dari alam. Misal, pakaian/kain yang 100% katun/linen, tisu, bahkan rambutmu sendiripun bisa.

Cuma mungkin agak ribet ya. Dan karena komposterku terbatas (kecil banget), jadi aku nggak bisa masukin semua.

Lanjut aja gimana aku buat komposnya:



1. Bikin komposternya dulu. Pakai keranjang yang ada lubang-lubangnya. Aku nemu ni keranjang di gudang hahaha. Terus aku ngikutin TIS, ngelapisin keranjangnya pakai kardus bekas. Masalahnya punyaku, keranjangnya lebih kecil daripada kardusnya haha. Keranjangnya emang pendek gitu soalnya, kurang tinggi. Biar kardusnya nggak geser, aku pakai kawat untuk ngiket kardus ke tiap ujung keranjang. Trus itu ada isi potongan kecil kardus, sisa yang tidak terpakai aku masukin aja, kan bisa jadi kompos juga.

2. Abis itu aku masukin tanah (punyaku tanah yang udah di mix sama kompos), sisa tanah yang aku punya yang biasa aku beli. Tinggal dikit tanahnya, jadi aku masukin juga cocopeat (beli jg), sembari nyisain tanah buat step nantinya. Ini aku taruh duluan maksudnya biar nggak langsung sampah basah taro situ. Biar agak jadi bantalan aja biarpun ujungnya merembes jg karena semuanya poros hehe. Btw kamu nggak wajib masukin ini. Ini buat sampah keringnya aja. Bisa diganti dengan potongan kertas, kardus, atau daun-daunan kering.

3. Karena aku sempet ngumpulin kulit telur yang udah kering, aku masukin juga. Jadi kulit telur abis bikin masakan bertelur gitu, aku cuci pakai air, terus aku taro di atas wadah bekas tutup kaleng gitu. Nanti kulit-kulit telur itu bakal kering sendiri. Nah abis itu aku blender biar jadi serbuk. Serbuknya lumayan bau btw, soalnya kulit telurnya udah cukup lama lupa aku pakai-pakai hahaha. Oh ya, bagi yang concern menghirup serbuk kulit telur bahaya atau enggak, kayaknya enggak ya. Etapi aku bukan ahlinya, jadi jangan tanya. Setauku kita boleh konsumsi kulit telur, cuma kalo kehirup nggak tau ya. Lah wong perut sama paru-paru beda toh fungsinya. Tapi alhamdulillah aku fine-fine aja. Jangan dicontoh ya tapi, pake masker buat jaga-jaga lebih baik sih (aku lagi nggak punya).

4. Terus masukin deh sampah dapurnya *brek. Banyak juga ya itu aku kumpulin cuma seminggu udah segitu coba.. Kebanyakan masak sayuran yang berbatang sih soalnya, kayak kangkung dan bayam. Yang di mana batangnya jarang aku masak (paling batang atas-atas aja), soalnya kalau dimasakpun akan banyak sisa yang nggak kemakan juga sama adek-adek-ku. Sampah dapur ini nggak semuanya kupotong kecil-kecil dulu sih, karena aku malas.. haha. Nggak papa kok, semuanya bakal terkompos juga, cuma mungkin lebih lama aja.

5. Abis itu aku tuang lagi tanah dan cocopeat sampai nutup sampah dapurnya. Terus aku aduk-aduk sedikit mereka.

6. Setelah itu aku tutupin pakai daun dan batang tanaman yang udah kering. Ini bekas tanaman kacang panjangku yang udah habis masa panennya terus kering.

7. Lalu aku tutup lagi sama kertas coklat(samson).

8. Dan terakhir aku tutup lagi dengan karung beras.

Jadi deh.

Aku nggak kasih air lagi karena sampah dapurnya udah basah. Kalau kurang lembab, mungkin bakal aku tambahin air. Airnya nggak boleh yang sampai basah gitu. Lembab aja.

Komposter ini aku taruh di teras, pojokan belakang motor gitu. Teras rumah dinaungi atap, jadi nggak bakal kena hujan komposter ini. Paling yang aku cemaskan tikus aja sih haha.

Oh ya, ngomongin gimana aku kumpulin sampah dapurnya sekarang. Soalnya mungkin bingung ngumpulinnya, seminggu aja udah bau kan ya. Jadi aku kumpulin sampahnya di dalam plastik (harusnya di baskom aja sih, yasudahlah). Taruhnya di mana? Di freezer. Iya freezer. Biar sampahnya nggak membusuk dan bau di dalam rumah. Jadi sampahnya nggak bau. Tenang aja, freezernya nggak bakal bau kok. Kan sampah awalnya juga nggak bau, dan di freezer juga nggak membusuk, jadi nggak bau.

Paling di komposternya ini nih.. bau! Kalo kata orang sih (di internet), sampah keringnya harus lebih banyak biar nggak bau. Nah mungkin punyaku kurang sampah keringnya. Nanti mau ditambahin lagi sampah keringnya kayaknya. Kalo kamu nggak masalah sama baunya sih, fine-fine aja ya.

Setelah ini tinggal nunggu berapa lama jadi kompos. Eh jangan nunggu doang deng, aduk-aduk sesekali juga biar rata, biar oksigen lebih masuk dan tercampur, dan biar prosesnya lebih cepat. Seminggu sekali lah. Tapi nggak diaduk juga tetep bisa jadi kompos sih sebenernya, cuma mungkin lebih lama aja.

Udah deh. Kalau udah jadi, aku bakal update lagi di sini. Sementara aku beli media tanam dulu hahaha.

Salam damai,

Bone

Popular Posts