Pengalaman Menanam Oregano dari Biji dengan 2 Metode Semai | Herb Series
Dari dulu kepengen banget punya tanaman oregano. Soalnya di masakan pasta-pasta gitu suka pake daun ini. Ada sih yang jual daun keringnya gitu udah di botolan. Cuma ya.. kalau punya tanamannya lebih enak kan ya pakai yang fresh. Plus daunnya bisa melimpah *kalo sehat tanamannya.
Jadi udah berapa kali nyoba tanam oregano. Tapi awal-awal susah banget germinasi. Sekalinya ada germinasi cuma 1 benih, eh besoknya mati. Setelah dicoba lagi dengan benih merk lain, dan sebar langsung banyak sekalian (teknik overseeding), ternyataaa banyaaak yang germinasi. Sepertinya kualitas benih memang sangat berpengaruh. Plus, benih sekecil kayak debu ini memang harus banyak sebarnya ternyata. Yep, banyak. Karena belum tentu semua germinasi juga kan.
Nah yang germinasinya bagus ini, aku pakai benih Haira Seed (bukan promosi, hanya share pengalaman). Pertama kali aku coba semai pakai tisu, untuk jaga-jaga kalau benih nggak germinasi, ya nggak buang-buang media tanamnya haha. Eh ternyata germinasinya baguus. Sekitar 80% lah ya ratenya.
Terus kedua aku coba langsung sebar benihnya di media tanam, dengan benih merk yang sama. Germinasinya bagus jugaaa. Cuma kayaknya memang rate germinasinya bagusan yang pakai tisu. Hanya saja, yang sebar langsung ke media tanam lebih ringkas prosesnya.
Jadi di sini aku mau share pengalaman menggunakan kedua metode tersebut. Plus setelah itu gimana haha.
1. Metode Semai Tisu
1. Pertama, seperti biasa (bisa dilihat di post menanam basil ini detail cara semai tisu beserta gambarnya), aku basahin tisu dulu dengan spray.
2. Lalu aku sebar benihnya di atasnya.
3. Lalu aku lipat tisunya biar benihnya nempel ke tisu.
4. Tisu tersebut aku masukan ke dalam wadah kedap udara (kayak kotak bekal makan gini).
5. Terus disimpan di suhu ruangan (aku dalam kamar aja, perlakuan cahaya tidak penting. Ps: kamarku suhunya panas. AC baru nyala kalau mau tidur saja, bangun dimatikan lagi. Jadi suhu Jakarta masih bisa untuk germinasi).
6. Empat hari kemudian punyaku sudah mulai berkecambah dan bisa dipindah tanam ke media tanam. Aku menggunakan media tanam yang beli jadi. Isinya itu campuran tanah merah, kompos, pupuk kandang, sama sekam bakar. Menurutku sih yang aku beli ini kurang subur ya media tanamnya, tapi cukuplah buat herbs yang memang tidak selapar sayur mayur. Sebelum dipindah tanam, media tanam yang di potnya disiram dulu biar nanti nggak perlu siram lagi (soalnya kecambahnya rapuh).
Nah, proses transplantasinya ini lho yang ribet. Kecambah-kecambah oregano ini kecilnya bukan main, jadi susah ngambilnya. Jadi aku basahin tisunya aja, biar gampang dirobek (basahin pelan-pelan ya, bisa pakai spray halus). Terus aku robek tisunya pelan-pelan disekitar kecambah yang mau aku tanam. Jadi aku tanam kecambahnya bersama tisunya ke media tanam, tisunya aku timbun gitu. Tapi ya harus hati-hati kalau nggak mau ada kecambah yang mati karena putus pas pindah tanam hehe.
7. Setelah selesai semua di transplantasi, aku taruh di teras gitu. Oya, proses transplantasinya aku lakukan sore-sore. Jadi dia nggak shock sama cahaya dan suhu panas, karena udaranya udah sejuk, dan malam juga mau datang. Biar dia adaptasi dulu sebelum dikenalkan cahaya langsung.
Tapi memang semua tanamanku jarang kena sinar matahari langsung sih. Soalnya memang terasnya itu beratap sampai pagar. Kecil terasnya. Dan semua tanaman aku taruh di atas pagar tembok gitu. Jadi nggak kena sinar matahari langsung, tapi tetap terang benderang.
Khusus herbs yang suka udara sejuk, berhubung Jakarta panasnya minta ampun, aku taruh kecambah-kecambah herbs di teras yang lebih dalam lagi, bukan di atas pagar tembok. Jadi lebih ternaungi lagi, cuma tetap terang, dibandingkan di dalam rumah. Soalnya di atas pagar tembok suka berasa panas hawanya haha.
8. Untuk penyiraman, aku siram menggunakan spray kalau dari atas. Bisa juga pakai teknik bottom watering. Jadi siramnya dari bawah. Caranya, taruh potnya di genangan air yang melebihi kira-kira setengah pot. Nanti airnya bakal merembes keserap sama media tanamnya sendiri. Kira-kira sampai atasnya sudah terlihat lembab, baru angkat lagi potnya, jadi jangan sampai basah banget lah ya. Soalnya herbs ini suka yang agak kering, atau lembab boleh, tapi jangan basah terus-terusan. Makanya media tanam yang poros penting banget buat herbs, biar air cepet surut.
Aku biasanya siram pagi-pagi. Tapi jangan siram tiap hari kalau memang dirasa media tanam masih terlihat lembab, nanti bisa mati kurang udara akarnya. Akar butuh oksigen juga soalnya. Cara taunya gimana udah harus disiram lagi? Untuk pot kecil, liat aja atasnya, kalau sudah terlihat kering (biasanya tanah kering kan warnanya muda, nggak gelap), bisa di siram. Kalau pot besar, celupin jari ke tanah, terus pas keluarin jari, berasa basah lembab atau keringkah? Kalau kering, siram. Kalau basah atau lembab, nggak perlu siram. Kecuali untuk tanaman yang suka air kayak mint, aku siram tiap hari, kalau enggak malah kering mintnya haha (sejauh ini sih gitu).
Bagaimana kisah oregano dari tisu ini kemudian?
Matiiiii. Bertahan sampai beberapa minggu (lupa), terus mati. Matinya satu persatu gitu. Matinya kenapa juga bingung sih. Kelihatannya antara kayak kering sama terlalu lembab. Aneh ya, kering sama lembab apa samanya coba. Tapi ya gitu keliatannya dari daunnya. Warnanya jadi gelap, terus layu. Padahal udah mulai ada daun sejati. Sedih kaaan. Jadi mungkin masih belum beradaptasi dengan cuaca Jakarta yang panas tapi lembab.
Terus aku tanam lagi, dan kali ini aku mau coba nggak siram sering-sering. Alias biarin sampai kering medianya buat napas bentar akarnya, baru siram. Terus taruh di tempat yang benar-benar teduh tapi terang.
Dan eksperimen kedua ini, aku langsung semai di media tanam, tanpa tisu.
6. Empat hari kemudian punyaku sudah mulai berkecambah dan bisa dipindah tanam ke media tanam. Aku menggunakan media tanam yang beli jadi. Isinya itu campuran tanah merah, kompos, pupuk kandang, sama sekam bakar. Menurutku sih yang aku beli ini kurang subur ya media tanamnya, tapi cukuplah buat herbs yang memang tidak selapar sayur mayur. Sebelum dipindah tanam, media tanam yang di potnya disiram dulu biar nanti nggak perlu siram lagi (soalnya kecambahnya rapuh).
Nah, proses transplantasinya ini lho yang ribet. Kecambah-kecambah oregano ini kecilnya bukan main, jadi susah ngambilnya. Jadi aku basahin tisunya aja, biar gampang dirobek (basahin pelan-pelan ya, bisa pakai spray halus). Terus aku robek tisunya pelan-pelan disekitar kecambah yang mau aku tanam. Jadi aku tanam kecambahnya bersama tisunya ke media tanam, tisunya aku timbun gitu. Tapi ya harus hati-hati kalau nggak mau ada kecambah yang mati karena putus pas pindah tanam hehe.
tanaman oregano sehari transplantasi dari tisu |
7. Setelah selesai semua di transplantasi, aku taruh di teras gitu. Oya, proses transplantasinya aku lakukan sore-sore. Jadi dia nggak shock sama cahaya dan suhu panas, karena udaranya udah sejuk, dan malam juga mau datang. Biar dia adaptasi dulu sebelum dikenalkan cahaya langsung.
Tapi memang semua tanamanku jarang kena sinar matahari langsung sih. Soalnya memang terasnya itu beratap sampai pagar. Kecil terasnya. Dan semua tanaman aku taruh di atas pagar tembok gitu. Jadi nggak kena sinar matahari langsung, tapi tetap terang benderang.
Khusus herbs yang suka udara sejuk, berhubung Jakarta panasnya minta ampun, aku taruh kecambah-kecambah herbs di teras yang lebih dalam lagi, bukan di atas pagar tembok. Jadi lebih ternaungi lagi, cuma tetap terang, dibandingkan di dalam rumah. Soalnya di atas pagar tembok suka berasa panas hawanya haha.
8. Untuk penyiraman, aku siram menggunakan spray kalau dari atas. Bisa juga pakai teknik bottom watering. Jadi siramnya dari bawah. Caranya, taruh potnya di genangan air yang melebihi kira-kira setengah pot. Nanti airnya bakal merembes keserap sama media tanamnya sendiri. Kira-kira sampai atasnya sudah terlihat lembab, baru angkat lagi potnya, jadi jangan sampai basah banget lah ya. Soalnya herbs ini suka yang agak kering, atau lembab boleh, tapi jangan basah terus-terusan. Makanya media tanam yang poros penting banget buat herbs, biar air cepet surut.
Aku biasanya siram pagi-pagi. Tapi jangan siram tiap hari kalau memang dirasa media tanam masih terlihat lembab, nanti bisa mati kurang udara akarnya. Akar butuh oksigen juga soalnya. Cara taunya gimana udah harus disiram lagi? Untuk pot kecil, liat aja atasnya, kalau sudah terlihat kering (biasanya tanah kering kan warnanya muda, nggak gelap), bisa di siram. Kalau pot besar, celupin jari ke tanah, terus pas keluarin jari, berasa basah lembab atau keringkah? Kalau kering, siram. Kalau basah atau lembab, nggak perlu siram. Kecuali untuk tanaman yang suka air kayak mint, aku siram tiap hari, kalau enggak malah kering mintnya haha (sejauh ini sih gitu).
Bagaimana kisah oregano dari tisu ini kemudian?
Matiiiii. Bertahan sampai beberapa minggu (lupa), terus mati. Matinya satu persatu gitu. Matinya kenapa juga bingung sih. Kelihatannya antara kayak kering sama terlalu lembab. Aneh ya, kering sama lembab apa samanya coba. Tapi ya gitu keliatannya dari daunnya. Warnanya jadi gelap, terus layu. Padahal udah mulai ada daun sejati. Sedih kaaan. Jadi mungkin masih belum beradaptasi dengan cuaca Jakarta yang panas tapi lembab.
Terus aku tanam lagi, dan kali ini aku mau coba nggak siram sering-sering. Alias biarin sampai kering medianya buat napas bentar akarnya, baru siram. Terus taruh di tempat yang benar-benar teduh tapi terang.
Dan eksperimen kedua ini, aku langsung semai di media tanam, tanpa tisu.
2. Metode Semai Langsung
Masih dengan benih merk yang sama ya, soalnya germinasinya bagus dan cepat.
1. Aku siapin pot dan media tanamnya. Potnya aku pakai gelas plastik bekas yang udah dibolongin bawahnya pakai gunting, buat jalan keluarnya air.
2. Masukin media tanamnya ke pot. Masih dengan media tanam yang sama. Saat dimasukin ke pot, jangan lupa tekan-tekan media tanamnya biar padet. Terus basahin media tanamnya dulu sebelum semai (karena benihnya halus, jadi biar nggak siram setelah semai, nanti malah terbenam soalnya benihnya).
3. Sebar benih ke atas media tanam, Sebar yang banyak ya, soalnya benihnya kecil kayak debu. 1-2 biji mah nggak mempan dah. Banyaaak. Ini namanya teknik overseeding. Layaknya di alam aslinya, benih tersebar secara random tanpa tahu jarak tanam. Jadi sebar yang banyak secara random di atas media tanam. Sekitar 30an benih ke atas lah sebarnya dalam 1 pot kecil (tergantung besar pot ya).
4. Terus tepuk pelan-pelan benih untuk memastikan benih menempel ke media tanamnya.
5. Lalu tutup pot dengan plastik (pakai yang ada di rumah aja ya, nggak usah beli plastik baru, pakai apa aja yang ada di rumah). Gunanya untuk menjaga kelembaban media tanam. Jadi nggak perlu nyiram lagi sampai berkecambah.
6. Setelah itu aku taruh di tempat teduh (teras depan).
Oregano 3 HSS (hari setelah semai) |
Oregano 8 HSS |
Oregano 14 HSS |
14 hari setelah semai, oreganonya sudah mulai kelihatan daun sejati kecil-kecil. Semoga kali ini berhasil sampai besaaar. Jadi bisa dipanen, terus diperbanyak melalui stek batang hahaha.
Yang terakhir ini alhamdulillah masih hidup. Tapi ya masih sekecil itu aja. Jadi belum bisa update lagi. Kalau sudah ada update lagi, bakal di update.
Sekian dulu.
Salam damai,
Bone
---
Nama: Greek Oregano
Nama latin: Origanum vulgare
Lama germinasi: 7-14 hari (pengalamanku 3-4 hari)
Suhu germinasi ideal: 21°C
Sinar matahari: Full sun atau part sun (punyaku ditaruh di tempat teduh karena hawa Jakarta panas banget). Tapi kalau suhunya ideal, mereka lebih suka full sun.
Tipe media tanam: Poros, kalau lebih banyak pasir sepertinya lebih bagus karena lebih poros dan nggak lembab banget. Katanya mereka lebih suka media yang agak kering dibanding lembab. Mungkin kayak rosemary jadinya. Siram ketika mulai kering atasnya aja.
Suhu tumbuh ideal: Sejuk. Dataran tinggi kayak Bandung dan Malang mungkin lebih bagus pertumbuhannya. Tapi aku nekat mau nanam di Jakarta. Pasti bisa, harus bisa.
Tipe tanaman: Perennial (Bisa hidup bertahun-tahun kalau sehat).