Pengalaman Stek Batang Mint | Herb Series
Sekitar sebulan yang lalu, aku iseng beli tanaman chocolate mint. Waktu itu lihat di marketplace harganya cuma 10ribu. Emang masih bibit sih tanaman ini juga, bibit kecil gitu. Tapi lumayan, daripada tanam dari biji yang makan waktu lama banget untuk tumbuh besar.
Challenging memang menanam dari biji, di mana aku suka challenge ini. Biasanya juga aku coba tanam dari biji dulu kalau belum nyerah. Tapi... lihat harganya, kenapa enggak gitu beli hahaha. Lumayan bisa coba perbanyakan melalui stek batang aja.
Mungkin kalau stek batang sebenernya lebih seru dan menantang kalau pakai batang yang beli di pasar/supermarket gitu. Kesannya lebih ngirit dan entah kenapa menantang aja gitu. Ya setidaknya dibandingkan ambil batang langsung dari tanaman yang sudah ada. Soalnya biasanya yang di supermarket gitu udah nggak sesegar yang potong dari tanamannya langsung. Belum lagi kalau udah disemprot pestisida, atau lebih parahnya hormon anti tumbuh. Haha terlalu mikir kayak gini padahal belum tentu juga sih ya.
Yasudahalah. Intinya aku beli choco mint tersebut, bersama rosemary, dan mawar putih (kalau ini mah emang jangan tanam dari biji beli, biji mawar yang nggak segar sulit banget germinasi). Tanaman mintnya datang-datang agak layu karena terlalu lembab gitu. Terus cuma ada 4 batang, di mana sisanya terlihat habis dipangkas sampai ke tanahnya (mungkin yang dipangkas itu buat di stek lagi sama penjualnya). Tanaman lainnya masih segar, cuma mint ini yang agak bermasalah.
Aku baca-baca di internet, mint itu mudah banget memperbanyak diri. Memberiku harapan bahwa mint ini nggak rewel. Jadi setelah datang, langsung aku pindah pot. Terus siram dan tempatkan di tempat sejuk bernaungan, untuk mengurangi stres. Besoknya baru kupindahkan lagi ke tempat yang lebih terang.
Beberapa hari kemudian, ternyata banyaaak tunas-tunas baru muncul dari balik tanah. Alangkah senangnya hahaha. Ternyata emang mint ini mudah memperbanyak diri, asalkan akarnya masih bagus. Saking mudahnya mereka memperbanyak diri sendiri, harus hati-hati agar tidak menanam mint bersama tanaman lainnya. Bisa-bisa tanaman lain mati karena mint-nya menjajah lahan hahaha. Di pot-pun, jangan sampai batang mint kena tanah pot sebelahnya, waduh bisa berakar di pot sebelah terus menjajah pot sebelah hahaha.
Begitulah, menurut pengalaman ini, kesimpulannya mint itu mudah untuk diperbanyak. Jadi setelah tunas-tunas tersebut besar, aku potong beberapa batang buat percobaan stek.
Menurut ilmu stek standar yang pernah aku baca (bah), intinya kalau stek itu buang daun-daunnya, tapi sisakan 1/3 daun teratas. Plus, kalau ada bunga, buang juga bunganya. Hal ini dilakukan (katanya) biar tanaman nggak fokus ngasih energi ke daun dan alih fokus untuk membuat akar. Jadi itulah yang aku lakukan. Terlihat dari gambar di atas kayak apa jadinya batangnya.
Untuk seberapa panjang batang yang mau di stek, aku sih ngira-ngira aja. Nggak kepanjangan banget biar muat di pot, dan nggak pendek banget juga. Ngira-ngira disesuaikan sama pot yang dipunya aja sih aku waktu itu.
Terus aku masukin semua batang yang siap distek ke dalam wadah (gelas) berisi air. Pastikan ada simpul daun yang terendam air. Simpul daun yang mana? Itu lho tempat di mana daun tumbuh tadinya. Dari simpul inilah akar akan muncul biasanya. Makanya pastikan setidaknya 1 simpul daun terendam di air.
Nah mereka aku tempatkan di dalam rumah di samping jendela, biar kena sinar walaupun sedikit. Beberapa hari kemudian, akar-akar akan mulai kelihatan tumbuh. Aku biarin aja sampai akarnya agak panjangan dikit.
Oh ya, kenapa di air dulu dan nggak langsung di tanah? Bisa sih langsung ke tanah, malah lebih praktis kan ya. Cuma kalau di tanah, malas cabut steknya cuma buat cek udah berakar apa belom. Kalau batangnya segar sih nggak masalah, biasanya persentase berakarnya bagus, apalagi mint. Jadi bisa nggak dicek dan biarin tumbuh. Tapi, kalau batangnya kurang segar atau emang tanamannya adalah tanaman yang persentase stek berhasil itu nggak besar banget, jadi nggak enak aja kalau langsung di tanah. Di air dulu biar bisa cek udah berakar apa belum, dan biar nggak perlu nyiram tanah terus menerus sampai batang berakar. Soalnya kalau stek jangan sampai kering. Istilahnya best practice-nya aja sih kayak gini.
Nah kalau sudah terlihat berakar seperti gambar di atas, saatnya dipindah tanam ke tanah/media tanam deh. Kelihatan kan ya akarnya yang putih-putih panjang itu. Akarnya muncul dari tempat bekas daun numbuh kan hihi. Jadi itu kenapa aku bilang simpul daun harus ada yang terendam, karena akar muncul dari situ.
Untuk pindah tanamnya, aku mastiin akarnya terkubur. Nggak masalah kalau ada batang yang belum berakar ikut terkubur, toh batang ini akan muncul akar juga kok nantinya. Aku menggunakan gelas plastik bekas jajanan adekku (biasalah adek suka jajan, aku ambilin sampahnya hahaha). Jangan lupa media tanamnya disiram. Media tanam yang kupakai itu campuran tanah merah, kompos, sekam bakar, dan pupuk kandang. Ini media tanam campuran beli, jadi aku nggak tau berapa persen komposisi tiap medianya.
Untuk penyiraman, aku siram tiap pagi. Menurut pengalamanku, mint suka media yang lembab. Jadi jangan biarin kering. Bukan basah menggenang gitu ya, lembab. Jadi aku siram 1x sehari tiap pagi. Kecuali mungkin panas banget udara sampai membuat media kering dengan cepat. Tapi sejauh ini belum sampai segitunya. Pastikan aja wadahnya jangan ceper sih. Makin ceper pot, makin cepat kering media tanamnya.
Lama-kelamaan akan muncul tunas baru deh tuh kayak foto di atas. Lupa ini hari keberapa udah tumbuh tunasnya, aku baru foto ini kemaren soalnya hahaha, jadi udah beberapa minggu kayaknya (males cek tanggalan). Tapi cepet kok. Mint cepet memperbanyak dirinya. Kan aku stek beberapa batang ya, ada yang udah muncul batang baru malah, padahal potnya lebih kecil. Entahlah logikanya gimana, mungkin ada yang bisa menjelaskan? Aku kasih foto yang di atas biar konsisten aja aku dari awal nunjukin pot yang ini.
Jadi begitulah pengalamanku tanam mint dari stek batang. Nggak susah ternyata untuk mint. Nggak rewel juga tanaman ini untuk daerah tempat tinggalku yang panas (Jakarta). Padahal awalnya aku beli tanaman ini dari Malang. Dataran tinggi yang sejuk dikirim ke dataran rendah yang panas. Wuiiih, ternyata bertahan juga ini tanaman di sini. Mereka beradaptasi dengan baik alhamdulillah..
Okelah entah lain waktu mau coba tanam apa lagi. Banyak banget nih benih di rumah hahaha. Nanti deh.
Salam damai,
Bone
---
Info tanaman:
Nama: Chocolate mint (wanginya parah ini enak banget, kayak nyium chocolate mint smoothie)
Latin: Mentha spicata var. piperita
Media tanam: Toleransiya tinggi untuk ditanam di berbagai media, yang penting medianya tetap lembab.
Suhu ideal: Sejuk. Tapi dia cukup toleransi di hawa panas Jakarta asalkan di naungan.
Matahari: Full Sun (kalau tinggal di tempat sejuk atau dataran tinggi), Part Shade/Naungan (kalau tinggal di dataran rendah atau panas)
Tipe: Perennial (bertahun-tahun tetap bisa hidup).